13 June 2008

Persikaba Dikritik


DIKRITIK : Gelandang serang Persikaba M Cholil (kiri) berupaya menghindar dari terjangan pemain lawan ketika berebut bola. Dukungan penuh publik Blora diperlukan agar Persikaba lolos ke babak berikutnya.


Optimisme Manajemen Persikaba Dikritik

BLORA – ‘’Optimis itu perlu. Hanya saja butuh perhitungan yang matang. Jangan sampai optimisme itu menjadi bumerang,’’ ujar Riyadi, salah seorang warga Kunduran Blora yang menghubungi Suara Merdeka kemarin.
Riyadi yang mengaku selalu mengikuti perkembangan Persikaba melalui media massa ataupun datang langsung menyaksikan latihan dan pertandingan di Stadion Kridosono menilai statemen yang dikemukakan manajemen selama ini cenderung menunjukan optimisme berlebihan. Dia mengatakan keoptimisan itu tanpa dasar yang jelas dan masuk akal. Menurutnya Persikaba harus bertanding di kandang lawan sebanyak dua kali. Untuk meraih kemenangan di pertandingan melawan Persem Mojokerto dan Persipa Pati bukanlah hal yang mudah. ‘’Memang Persikaba masih berpeluang lolos ke babak selanjutnya. Namun peluang itu sangat kecil sekali dibanding kesebelasan lain yang menghuni grup V-B,’’ ujarnya.
Hal senada pernah dikemukakan Teguh Hadi, salah seorang warga. Bahkan dia akan datang langsung ke manajemen jika optimisme itu tidak terealisasi. ‘’Wajar jika kami meminta pertanggungjawaban manajemen. Selama ini mereka sangat optimis Persikaba lolos ke Divisi I. Kalau itu tidak tercapai, kami minta manajemen Laskar Sunan Pojok tahun ini tidak dipakai lagi tahun depan,’’ katanya.
Sebagai warga Blora yang mendukung Persikaba, dia menghendaki kesebelasan kesayangannya itu lolos ke babak berikutnya dalam Kompetisi Divisi II 2008. Sebab dengan lolos tersebut, makin membuat lapang jalan Persikaba ke Divisi I. Teguh mengatakan masih banyak kelemahan yang dimiliki Laskar Sunan Pojok. Satu diantaranya kurangnya jelinya pelatih mengamati pertandingan dan menurunkan pemain pengganti pada saat yang tepat. ‘’Kalau satu pemain berulang kali membuat kesalahan di lapangan, sebaiknya diganti saja. Jangan menunggu sampai Persikaba kebobolan,’’ tandasnya.
Humas Persikaba Ahmad Zaidun mengatakan kritikan yang dilontarkan sejumlah warga tersebut sangat wajar. Menurutnya pecinta Persikaba dipastikan menghendaki agar Laskar Sunan Pojok mampu meraih prestasi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. ‘’Justru kami menghargai kritik tersebut. Kritikan itu berarti mereka mencintai Persikaba,’’ katanya.
Zaidun menyebutkan optimisme manajemen sangat beralasan. Menurutnya hal itu antara lain didasarkan pada materi pemain. Dengan keoptimisan itu justru akan memotivasi pemain tampil lebih baik sehingga bisa meraih kemenangan di laga berikunya. ‘’Kalau tidak optimis malah akan melemahkan semangat. Persikaba masih mempunyai peluang lolos ke babak berikutnya, dan itu sangat masuk akal,’’ tandasnya. (H18)

4 comments:

Anonymous said...

I agree with you about these. Well someday Ill create a blog to compete you! lolz.

Anonymous said...

Whoever owns this blog, I would like to say that he has a great idea of choosing a topic.

tejoprabowo said...

jangan berharap persikaba lolos babak berikutnya...jangan mimpi

tejoprabowo said...

BLORA MEMBUTUHKAN SEORANG
TEKNOKRAT SEPAK BOLA
Oleh : Tejo Prabowo, ST *


Penolakan secara tegas Bupati RM Yudhi Sancoyo menjadi manajer tim Persikaba belum lama ini, memunculkan polemik yang berkepanjangan dan menjadi bahan perbincangan yang aktual bagi pecinta sepak bola di Blora. Pertanyaan lantas siapa kira-kira yang layak menduduki kursi panas sebagai manajer tim laskar Sunan Pojok selalu menjadi perdebatan sengit, banyak opini beserta argumentasinya berkembang seolah menjadi bola liar di mulut gawang.
Apalagi lampu hijau yang diberikan oleh RM Yudhi Sancoyo yang menyilahkan pengurus dalam hal ini adalah Pengcab PSSI Blora untuk menunjuk manajer dari kalangan anak muda, seolah menjadi magnet bagi siapapun yang merasa layak menjadi manajer Persikaba. Sampai saat ini Pengcab PSSI Blora memang belum menunjuk manajer baru laskar Sunan Pojok, perkiraan mundurnya jadwal pelaksanaan kompetisi Divisi II 2008 memberi waktu yang cukup bagi pengurus untuk mencari sosok yang tepat untuk menjadi manajer.
Maka dari itu, saat ini adalah saat yang tepat bagi siapapun yang barminat menjadi manajer untuk “tebetepe” atau tebar berita tebar pesona agar dilirik oleh pengurus untuk menduduki kursi panas tersebut. Memang tidak tertutup kemungkinan bagi siapapun untuk menjadi arsitek bagi tim Persikaba, dengan latar belakang profesi, jabatan, usia, pendidikan dan status semua layak menjadi manajer, asal pengurus menghendakinya semua bisa diatur. Sampai sejauh ini beragam cara, daya dan upaya sudah dipakai untuk mencuri ketertarikan dan minat pengurus, terutama oleh beberapa pemuda yang memiliki latar belakang profesi sebagai LSM di Blora lewat media cetak lokal maupun regional. Namun nampaknya pengurus tetap “dingin” dengan memilih tetap diam tanpa komentar dalam menanggapi fenomena diatas.
Setelah munculnya kepastian informasi dari Badan Liga Amatir ( BLA ) PSSI selaku penyelenggara Divisi II tentang pembatasan usia pemain divisi II serta jadwal kompetisi Divisi II yang sedianya dimulai bulan April 2008 ( Suara Merdeka, 17 Feb 2008 ), tentu rapat pengurus akan segera bisa digelar untuk mencari sosok manager Persikaba mengingat masalah waktu yang tinggal dua bulan lagi untuk segera malakukan segala persiapan.

Teknokrat Sepak bola
Dalam menjaring dan memilih seorang manajer yang tepat bagi sebuah tim sepak bola seperti Persikaba Blora bukan perkara mudah, hal ini perlu dipahami dan dimengerti oleh Pengcab PSSI Blora. Seorang manajer harus segera membentuk tim manajemen yang kompak dan solid terlebih dahulu sebelum menginjak kegiatan selanjutnya, kridibilitas dan latar belakang profesi besar pengaruhnya dalam membentuk tim manajemen yang kompak dan solid.
Pasca terbentuknya sebuah tim manajemen, seorang manajer harus mampu menjadi seorang arsitek dalam membentuk sebuah kesebelasan sepak bola. Melalui proses seleksi seorang manajer harus bisa melihat kapasitas, potensi, bakat, kelemahan, dan kelebihan masing-masing pemain. Tidak menutup kemungkinan sejumlah pemain baru berbakat yang bersinar dalam liga kompetisi Persikaba tahun 2007 juga diundang seleksi. Apalagi peraturan baru dari BLA PSSI selaku penyelenggara Divisi II tentang hanya diperbolehkannya setiap tim diperkuat lima pemain senior namun hanya tiga pemain saja yang diperbolehkan dalam setiap pertandingan juga memperbesar peluang pemain muda berbakat yang asli dari Blora untuk ikut merumput di Persikaba.
Statemen Ketua Umum Persikaba di sebuah media cetak lokal yaitu HM Warsit yang mengatakan bahwa kedua kandidat yang sudah ada adalah orang yang cocok sebagai manajer dan assisten manajer harusnya tidak mempengaruhi rapat pengurus, karena seorang manajer harusnya sudah hafal betul atmosfir sebuah kompetisi sepak bola se-level Divisi II. Pengalaman seseorang dalam membina tim sekelas antar kampung ( tarkam ) tentu belum cukup kapasitasnya menjadi seorang manajer Persikaba, maka dari itu pengurus harus hati-hati dalam memilih seorang manajer baru, jangan sampai istilah “memilih kucing dalam karung” ada saat rapat pengcab PSSI Blora dalam memilih manajer.
Latar belakang persoalan yang dialami oleh Persikaba yang belum mampu menembus Divisi I dan super liga, jika kita urai satu persatu sebenarnya bukan masalah mudah bagi calon manajer baru, selain kepastian masalah pendanaan juga masalah minimnya anggaran yang ada. Mustahil rasanya kita berharap prestasi jika masalah diatas belum teratasi. Ditahun 2007 Persikaba bersaing dengan 64 klub lain dalam memperebutkan promosi Divisi I, ketika sudah mampu bersaing dengan 8 team lain di babak pertama dan berhasil menembus 16 besar Divisi II ternyata Laskar Sunan Pojok kehabisan energi alias dana di tengah jalan, praktis semakin terjal perjalanan menembus Divisi I. Dengan total anggaran yang lebih kecil dari nilai kontrak seorang pemain kelas Claudio Lopes dari PSSI, Persikaba masih mampu menembus 16 besar dan masih mampu manyelenggarakan Kompetisi Liga Persikaba adalah sebuah prestasi yang lebih dari cukup untuk Blora.
Dengan anggaran bersih sekitar 800 juta yang separuh lebih terpotong untuk transportasi dan akomodasi untuk mengikuti piala Copa dan Liga Divisi II di tahun 2007, Gizi dan Vitamin bagi pemain tentu sangat terbatas. Uraian di atas hal yang mutlak harus bisa dijawab oleh calon manajer Persikaba yang baru, jika masih dengan kondisi anggaran sama dan manajer baru tidak mampu mencari solusinya maka target prestasi hanya isapan jempol semata, itu yang harus dipahami pengurus dalam mencari sosok seorang manajer baru.
Blora membutuhkan seorang tehnokrat sepak bola seperti FX Rudianto (Wakil Walikota Surakarta) atau seorang HM Tamsil (Bupati Kudus) yang mampu membawa Persiku Kudus ke Super Liga. Barang kali dengan menggandeng manajer sekelas mereka, polecy atau kebijakan cerdas seputar masalah pendanaan mampu terjawab, sehingga pendanaan ditahun 2007 yang 1,3 M lebih masih bisa bertambah, terutama jika mampu menggandeng perusahaan-perusahaan besar yang ada di Blora. Baru setelah itu teratasi baru kita bicara masalah target dan prestasi, itulah tugas seorang mananger persikaba kedepan. Bayangkan saja jika nilai kontrak seorang pemain Claudio Lopes dari PSSI di tahun 2007 yang nilainya 1,425 M, belum lagi gaji dan bonusnya, bandingkan saja dengan total anggaran persikaba yang 800 juta?.
Jika pengcab PSSI Blora bisa mencari seorang tehnokrat sepak bola sejati bagi persikaba, maka target prestasi akan lebih mudah dicapai. Dalam rapat pengcab PSSI Blora nanti semoga pengurus menemukan sosok yang tepat untuk dijadikan manager persikaba di tahun 2008.
(artikel ini pernah dimuat di harian suara merdeka tahun 2008)

*) Penulis adalah : Ketua LSM JATIBUMI
www. Jatibumi.blogspot.com
www.tejoprabowo.blogspot.com
e-mail : jati_bumi_blora@yahoo.com
tejoprabowo@gmail.com